Jakarta – Bank Dunia (World Bank) mengingatkan bahwa perekonomian Indonesia rentan terhadap ketidakpastian global. Di tengah kondisi memanasnya geopolitik seperti saat ini sangat berisiko mengalami pelemahan ekonomi lebih lanjut.
Hal itu diungkapkan Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste, Carolyn Turk dalam peluncuran Indonesia Economic Prospects (IEP) edisi Juni 2025 pada Senin (23/6).
“Meskipun kondisi makroekonomi Indonesia sangat baik, kita tidak bisa mengatakan bahwa Indonesia akan tahan terhadap tekanan eksternal seperti ketidakpastian global,” kata Carolyn dikutip dari YouTube Indonesia Economic Prospects, Selasa (24/6/2025).
Ketidakpastian ekonomi global yang mengusik aktivitas perekonomian Indonesia saat ini di antaranya ketegangan perdagangan, ketidakpastian kebijakan global, serta risiko geopolitik yang terus memburuk akhir-akhir ini.
“Ketidakpastian ini akan terus menimbulkan risiko dan bisa mempererat aspirasi pembangunan Indonesia,” ucap Carolyn.
Prediksi Ekonomi Indonesia
Bank Dunia memperkirakan ekonomi Indonesia hanya tumbuh 4,7% pada 2025 dan di level 4,8% pada 2026. Perkiraan ini melanjutkan penurunan ekonomi Indonesia yang pada kuartal I-2025 sudah meninggalkan level 5%, yaitu hanya sebesar 4,87%.
Menurut Carolyn, tekanan perekonomian global yang terjadi menghambat prospek penciptaan lapangan kerja dan mengurangi upaya untuk mengatasi kemiskinan ekstrem karena kinerja perdagangan memburuk dan investasi asing menjadi lebih lemah. Pada saat yang sama, aliran modal menjadi tidak stabil sehingga secara umum terjadi tekanan pada keseluruhan ekonomi makro di setiap negara.
“Dalam situasi yang sangat rentan seperti ini ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanannya, namun kami melihat adanya pertumbuhan PDB yang lebih rendah dari 5%. Telah ada penurunan dalam hal konsumsi belanja pemerintah dan investasi tahun ini,” kata Carolyn.
Rentannya ekonomi Indonesia, menurut Carolyn, dapat direspons dengan konsistensi pemerintah dalam melakukan reformasi struktural. Reformasi struktural itu di antaranya ialah deregulasi, perbaikan iklim usaha, peningkatan investasi swasta dan penguatan kualitas sumber daya manusia.
“Seluruh reformasi struktural ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas ekonomi dan menciptakan lebih banyak lapangan kerja yang lebih baik dan memberikan manfaat bagi seluruh masyarakat Indonesia,” tegasnya.